TAKIS : Talk About Health Issue - HIV/AIDS
- CIMSA UIN
- Dec 2, 2018
- 2 min read


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan penyakit AIDS. AIDS merupakan kumpulan gejala seperti batuk kronis, diare kronis, dan infeksi paru saluran akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh oleh virus HIV sehingga tidak semua orang yang positif HIV akan mengalami AIDS. HIV/AIDS sudah menjadi isu global dikarenakan peningkatan jumlah penderita setiap tahunnya hampir di seluruh dunia.
Awalnya, kasus HIV/AIDS ditemukan penyebarannya di negara Afrika sub Sahara (1970) berasal dari simpanse yang ditularkan kepada manusia. HIV/AIDS sudah membuat keresahan bagi seluruh umat manusia karena sampai sekarang belum ditemukan vaksin ataupun obat yang mampu benar-benar mematikan virus tersebut.
Menurut laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2017, sebanyak 14.640 orang hidup dengan HIV dan sekitar 4.725 dilaporkan mengalami AIDS dimana sekitar 70% pasien tersebut berada pada usia produktif yang merupakan generasi penerus bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu waspada dan terus merangkul mereka yang sedang melawan penyakit tersebut.
HIV/AIDS tidak hanya diderita oleh orang dewasa akan tetapi dapat diderita oleh anak-anak yang terinfeksi saat masih dikandungan, tetapi banyak orang tua mereka yang tidak tahu bahwa mereka terinfeksi HIV/AIDS sehingga pengetahuan masyarakat Indonesia akan penyakit HIV/AIDS ini masih harus ditingkatkan lagi. Penyebaran HIV/AIDS berasal dari kontak langsung dengan cairan tubuh penderita seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI ibu yang terinfeksi HIV/AIDS. Aktivitas yang menyebabkan penularan HIV adalah hubungan seksual tanpa pelindung (kondom), penularan dari ibu ke bayi (kehamilan, melahirkan, ASI), kontak langsung (tertusuk jarum suntuk, transfusi darah, dll).


Terdapat beberapa fase gejala dan tanda HIV/AIDS dengan fase terberatnyaa adalah AIDS dimana tubuh hampir kehilangan kemampuan untuk melawan penyakit tersebut ditandai oleh adanya penyakit pernyerta seperti batuk kronis, diare kronis, infeksi jamur di mulut dan tenggorokan, kanker, meningitis yang tidak kunjung sembuh setelah diberikan pengobatan lebih dari 2 minggu.
Oleh karena itu, terdapat beberapa tips agar terhindar dan mencegah terjadinya HIV/AIDS memahami dengan benar penyebaran virus HIV, menghindari obat-obatan terlarang, melakukkan hubungan seks yang aman (kondom), tidak bergonta-ganti pasangan, tidak berbagi peralatan pribadi, hindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang lain, memeriksakan dengan rutin status HIV/AIDS bagi kelompok beresiko maupun ibu hamil.
HIV/AIDS dapat dideteksi dini dengan menggunakan rapid test dimana tes HIV ini tersedia di hampir seluruh puskesmas di Indonesia secara gratis. Setelah dilaksakan tes HIV, akan dilakukkan konseling dengan konselor terlatih dalam bidang HIV/AIDS. Apabila hasilnya negatif, maka akan diedukasi untuk menekan terjadinya faktor resiko HIV/AIDS sedangkan apabila hasilnya positif terinfeksi HIV, konselor akan membantu melalui pendekatan psikologis.
ODHA merupakan sebutan untuk orang-orang yang mengidap HIV/AIDS. Semakin maraknya kasus HIV/AIDS yang menciptakan stigma negatif bagi ODHA dapat berujung pada diskriminasi karena masyarakat masih belum memahami seputar penyakit HIV/AIDS. Padahal, penyakit HIV/AIDS tidak akan menular apabila kita berjabat tangan, makan bersama, terkena keringat, batuk, atau bersin. Hasilnya banyak ODHA yang menjadi menutup diri akan statusnya dari orang lain dan menurunnya kepercayaan diri mereka sehingga ODHA menjadi kurang produktif. Oleh karena itu, diperlukan edukasi mengenai pemahaman penyakit HIV/AIDS sedini mungkin dan dimulai dari taraf keluarga sehingga masyarakat seharusnya memahami bahwa yang dijauhi adalah penyakitnya, bukan orangnya. Harapannya ODHA tidak dipandang sebelah mata karena pada dasarnya mereka sama seperti kita yaitu makhluk sosial yang tidak ingin dikucilkan.

Source :
Kementrian Kesehatan RI
Comments